JalurMerbabu via Wekas di Wekas Magelang Jalur Merbabu via Grenden di Pakis Magelang Jalur Merbabu via Suwanting di Suwanting Magelang *klik di jalur yang kamu cari untuk info lebih lengkapnya. Nah, dari beberapa jalur diatas, jalur pendakian Gunung Merbabu via Selo merupakan jalur paling favorit bagi pendaki, setelah itu disusul oleh jalur Hellodulur!Gunung Merbabu terletak di Jawa Tengah dengan ketinggian 3.142 Mdpl pada Puncak Kenteng Songo. Gunung Merbabu berasal dari kata "Meru" yang berar BeritaPendakian-gunung-Merbabu - Jalur pendakian Gunung Merbabu via Suwanting dan Wekas tutup hingga 8 Mei 2022, syarat masuk wajib sudah vaksinasi Covid-19 dua kali. JalurWekas merupakan jalur paling banyak diminati para pendaki, selalin jalur terpendek juga jalur gunung wekas banyak terdapat sumber mata air. Menuju basecamp Gunung Merbabu via Wekas sahabat bisa menempuh dari Jawa barat menggunakan kereta jurusan Jakarta - Semarang. Sesampainya di Semarang sahabat carilah bus yang menuju terminal Solo. JalurPendakian Merbabu via Wekas. Jalur Wekas menjadi jalur lain yang cukup populer karena jarak tempuh menuju puncak yang lebih singkat dan banyak sumber air. Namun jalur ini termasuk yang paling banyak tanjakan dan paling sedikit pos peristirahatan dengan waktu tempuh sekitar 8.5 jam. JalurPendakian Gunung Merbabu via Wekas Lama perjalanan untuk sampai ke puncak Merbabu, jika melalui jalur wekas ini kurang lebih memakan waktu 8 - 9 jam perjalanan, namun hal tersebut tidak selalu berlaku bagi sebagian pendaki, tergantung dari kecepatan jalan dan beberapa aspek lainnya. . Bulan mei telah tiba, saya girang bukan kepalang saat melihat ada 2 tanggal merah di pertengahan mei. Tanpa pikir panjang, saya merencanakan pendakian pada tanggal itu. Singkat kata, saya mengajak semua rekan-rekan yang pernah mendaki bersama saya. Dan terkumpullah 5 orang yang memiliki waktu luang untuk menemani saya mendaki. Pastinya mereka bertanya-tanya mau mendaki gunung mana? saya pun bingung-,- Gunung Merbabu dan Slamet lah yang terlintas di otak saya kala itu, karena saya belum pernah mendaki keduanya. Mengingat akhir-akhir ini gunung Slamet sedang aktif-aktifnya, pilihan jatuh pada Gunung Merbabu. Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Strato yang terletak secara geografis pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur dan selatan,Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang di lereng sebelah utara, Provinsi Jawa Tengah. Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Dilaporkan juga pada tahun 1570 pernah meletus, akan tetapi belum dilakukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut. Puncak gunung Merbabu berada pada ketinggian meter di atas permukaan air laut. -Wikipedia Sebelumnya perkenalkan, Ini adalah team Merbabu 13-17 Mei 2015 Genta Auni Adinegoro Melas, Junior saya yang berkuliah di UGM Teknik Sipil 2014. Moonpala Angkatan 13. Salah satu anggota terbaik di Moonpala di generasinya. Kuat, Alat lengkap, Cerdas. Mufid Supriyanto Mupit, stupit, tukijam dll. Mahasiswa Akuntansi Gunadarma 2014. Satu slayer angkatan dengan genta. Sangat berisik, tapi sangat sabar meskipun dibully oleh kami Hana Tsabitah Dansa/Danski/Tasbi’ah etc. Mahasiswa UI 2014 PISIF bukan FISIP Ilmu Komunikasi. Moonpala angkatan 14 13,5 yang selalu menjadi bahan cengcengan Senior-seniornya di Moonpala. Tangguh, pintar, dan sabeb alig katanya. Jomblo juga. Gaes?! Achmad Faizal D Mayor, Satu-satunya Sarjana di team ini 🙁 Selebihnya Anda bisa baca di Page MPLX 🙂 Djoddy Mahardhika Z Seceng/jodi. Yang punya merbabu. Ini adalah yang ke-11 kalinya Ia mendaki merbabu-,- Selebihnya Anda bisa lihat di Page MPLX 🙂 Dan saya tentunya p H-2, Mayor dan Mufid membeli tiket Sinar Jaya Ciputat – Giwangan seharga 124rb/orang untuk 4 orang. Kenapa hanya 4? karena 2 orang lainnya adalah warga sementara Jogja. Rabu, 13 Mei, Kami semua berkumpul di agen resmi SinJay Ciputat sekitar jam 2 siang, karena keberangkatan bus adalah jam 3 sore. Saya dan mayor ngangkot’ bareng karena memang rumah kami tidak jauh. Dansa diantar oleh supirnya. Dan mufid diantar oleh Ayahnya. Kami tiba disana hampir berbarengan. Disana juga ada Tujo, senior kami yang tadinya mengiming-imingi akan ikut, tapi ya sudahlah~ Sambil ngopi-ngopi cantik, kami cek alat-alat yang kita butuhkan. Tidak ada sama sekali alat kelompok seperti Tenda atau kompor yang kami bawa, karena 2 orang jogja telah membackupnya 🙂 Bus SinJay menyalakan mesinnya, tanda mereka akan berangkat. But wait, jam berapa ini??? sudah jam 3 lewat setengah mereka baru persiapan berangkat-,- Kamipun berpamitan dengan Tujo. Jalanan Ciputat kala itu agak padat. Bus kami membutuhkan 20 menit untuk masuk ke Tol Pondok Indah. Setelah itu masih macet lagi-,- Berjam-jam kami di Bus, Sampailah kami di tempat peristirahatan bus Sinar Jaya di daerah Indramayu sekitar pukul 10 Malam. Makanan disitu bisa dibilang sangat mahal, Saya dan dansa terpaksa merogoh kocek masing-masing 28ribu hanya untuk nasi+1 lauk+sayur dingin+minum-,- Perut sudah kenyang, bus pun berjalan, kami semua tertidur. Saya terbangun di daerah Kebumen sekitar jam 3 Pagi, setelah mendapat kabar bahwa Real Madrid tidak lolos ke Final Berlin, saya kembali tidur~ Kemudian saya terbangun lagi di daerah Purworejo sekitar jam 6 Pagi. Setelah memberi kabar pada sang tuan rumah, saya kembali tidur 😀 Kami sampai di terminal Giwangan-Jogjakarta sekitar pukul 11 Siang. Lalu melanjutkan perjalanan menuju rumah si tuan rumah di daerah Parang Tritis. Tarif bus Giwangan-Parang Tritis hanya 5rb. Tidak terlalu jauh, hanya beberapa menit kami tiba di rumah Jodi. Kami mem-packing ulang barang-barang kami, sekaligus belanja logistik yang masih harus dilengkapi. Setelah semuanya siap, Kami berangkat menuju Magelang dengan menggunakan bus Ramayana tujuan Terminal Magelang, Bus Ramayana ini seperti JetCoster, hanya 1 jam kami sudah tiba di Magelang dengan tarif 15rb. Di terminal magelang, Kami mengisi perut kami dengan soto daging khas Jawa tengah 9 sambil mencari carteran mobil untuk menuju daerah wekas. Kami mendapatkan 1 mobil carteran carry dengan harga 15rb per orang. Basecamp Wekas Satujam perjalanan, kami telah sampai di wekas. Dan masih harus naik ojek menuju basecamp Wekas. Satu motor diberi tarif 25rb, mau tak mau kami harus naik karena jarak dari perkampungan Wekas ke basecamp Wekas lumayan jauh dan menanjak-,,- Lalu kami registrasi disana. Tiket masuk TNGM untuk pendakian Lintas Wekas-Selo adalah 16rb/orang. Tidak lama setelah registrasi, kami semua memulai pendakian yang diawali doa terlebih dahulu. Tujuan pertama kami adalah pos 2 Wekas. Kenapa? karena disana ada tempat berkemah yang paling pas untuk para pendaki gunung Merbabu, plus ada sumber air. Setelah 3 jam perjalanan santai, kami sampai di pos 2. Kami membagi tugas, Saya, Jodi, Dansa, dan Genta membangun tenda, yang lainnya memasak air hangat, karena suhu sudah mulai menusuk-nusuk tulang -,- Setelah tenda jadi, dan minuman hangat tersaji beserta makanannya, kami semua masuk, berkumpul di dalam satu tenda sambil bercengkrama, bercanda, tawa. Ah nikmatnya 🙂 Sadar hanya kita yang masih terjaga tengah malam itu, kami semua tidur, takut mengganggu kenyamanan para pendaki lain 🙂 Pagi jam 6, saya yang pertama bangun. Seperti biasa, hal yang pertama saya cari adalah kopi. Saya lupa kalau saya sedang di hutan. Langsung saja saya ambil seperangkat alat masak di belakang tenda untuk membuat minuman hangat dan membuat makanan untuk semuanya, meskipun hanya mie instan. hehe Masakan matang, penghuni tenda sebelah, Genta, dansa, dan mufid membuka pintu tendanya sambil mengigil, tanda mereka sudah siap beraktifitas makan pagi itu. Kabut tipis dengan sedikit gerimis menghampiri kami pagi itu. Kami semua ber-mager-ria, hanya mufid yang semangat pagi itu, sebetulnya bukan semangat, lebih ke panik, karena hanya dia yang mengejar waktu agar hari minggu sudah sampai di rumah Sekitar jam 9, kami semua bersiap-siap. Mem-packing semua barang-barang yang kita gunakan di kemah itu. Tak lupa kami mengumpulkan sampah yang kami bawa 🙂 Tujuan kami selanjutnya adalah Puncak. Setelah berdoa, kami semua kembali melangkah menggapai asa Tsaelah….. Susunan Leader-Center-Sweeper tidak jauh beda dengan hari sebelumnya. Genta pada leader, Dansa pada center dan Jodi sebagai sweeper. Medan yang kami tempuh lumayan menanjak, kemiringan sekitar 30°-65°, ditemani hutan hujan tropis khas Indonesia, dan kawan gunung merbabu di kiri dan kanan kami, Barulah setelah kami melewati pos 3 kami disajikan pemandangan padang rumput, Puncak Merbabu pun mulai terlihat jelas. Tengah hari, kami telah sampai di pertigaan antara puncak syarif dan puncak kenteng songo. Di Gunung Merbabu, ada 3 puncak, selain yg saya sebutkan diatas, satu lagi adalah puncak Triangulasi. Puncak Syarif Gunung Merbabu Hanya butuh 10 menit dari pertigaan untuk sampai di puncak Syarif. Kami menitipkan barang bawaan kami kepada para pendaki lain. Lho kenapa dititipkan?! Ya, soalnya, jalanannya sangat menanjak, dan lagipula kita akan kembali lagi lewat situ untuk menuju puncak kenteng songo. 🙂 Kenapa namanya puncak syarif? Konon menurut cerita penduduk Mbah Syarif pernah lama tinggal di puncak gunung Merbabu, sehingga penduduk menyebutbya puncak Syarif. Apakah mbah Syarif dimakamkan dipuncak Merbabu? ada yang bercerita Makam mbah Syarif berada di desa Thekelan. Lalu apakah mbah Syarif seorang Pertapa sehingga menyendiri di puncak gunung? Apakah tujuannya untuk mencari ketenangan bathin? Menjauhkan diri dari masyarakat dan keduniawian? Menurut salah satu versi cerita tentang Mbah Syarif. Mbah Syarif melarikan diri ke puncak Merbabu setelah beliau membunuh istrinya. Lantas mana yang benar? Wallahualam… Puncak Syarif berada pada ketinggian 3119 Mdpl dengan luas kurang lebih 50-75m². Pemandangan dari sini sangat indah, sayang kami hanya’ disajikan gumpalan awan dan Gunung Merapi yang mengintip dari arah selatan. Katanya, kalau sedang tidak ada wan, kita bisa melihat laut jawa di arah utara! Setelah berfoto ria, kami kembali turun ke pertigaan untuk turun minum, kemudian kami bergegas menuju puncak Kenteng Songo. Puncak Kentheng Songo, Gunung Merbabu Perjalanan menuju kenteng songo tidak berbeda jauh dengan perjalanan dari pos 3 menuju pertigaan. Hanya saja, beberapa meter sebelum Puncak kenteng songo, ada tebing yang lumayan curam yang mau tidak mau harus kita lalui. Harus ekstra hati-hati melewati tebing ini, salah sedikit, patahlah anggota badan 🙂 Andd drum roll please….. Akhirnya kami sampai di Puncak tertinggi Gn Merbabu, Kentheng Songo. Sedikit kisah dari kentheng songo, Disini terdapat 4 Watu Kenteng batu berlubang yang tentunya kalau dilihat tanpa kasat mata hanya terdapat 4 lubang/kenteng, namun sesungguhnya terdapat 9 kenteng/lubang yang ada pada puncak ini jika dilihat secara ghaib. Percaya tidak percaya memang watu Kenteng Songo memang sudah ada semenjak Gunung Merbabu ini terbentuk dan disekitar sinilah terjadi aktifitas dari para makhluk halus penunggu Gunung Merbabu. Banyak sekali kejadian- kejadian yang tidak lazim yang ditemukan oleh para pendaki yang membuat camp di puncak Kenteng Songo dari kejadian fatamorgana sampai yang mendengar keramaian di puncak Kenteng Songo yang padahal tidak ada seseorang pun kecuali para pendaki yang sedang beristirahat di puncak ini. Terkadang dapat dikatakan Kenteng Songo menjadi negeri diatas awan bukan hanya bagi para pendaki/manusia melainkan bagi para lelembut yang selalu menjaga Gunung Merbabu ini. Dari sini akan terlihat pemandangan klasik Merapi dan 6 puncak Merbabu yang lain, seperti Triangulasi, Pregodalem, Watu Gubung, maupun puncak pemancar. Puncak Kentheng songo siang itu panas sekali, matahari terasa sangat dekat. Namun, angin tetap saja berhembus cepat. Pendaki lain sibuk berfotoria di tugu puncak, sedangkan kami bingung ingin istirahat dimana. Beginilah fenomena di Indonesia, gunung-gunung yang dahulu begitu eksklusif, sekarang menjadi tempat wisata wajib untuk abg-abg labil. Hampir semuanya yang berada di atas sana membawa spidol dan kertas kosong yang nantinya akan ditulisi berbagai macam tulisan, sekedar untuk pesan kepada kawan-kawannya yang tidak ikut mendaki. Bahkan, ada yang sampai membuat puluhan pesan semacam itu-,- semoga saja sampahnya dibawa pulang 🙂 Sebenarnya kami juga membawa kertas semacam itu. Itupun dansa yang dititipi temannya untuk menuliskan sesuatu diatas Gunung Merapi sangat terlihat jelas sekali di depan mata kami, dengan selimut awan menggumpal, Ia tampak gagah. Di sebelah barat, ada matahari yg terik, cocok untuk berfoto genre siluet. Kami tak mau kehilangan momen ini, semua asik sendiri dengan kameranya, termasuk saya. Hehe Puas berfoto dan karena sangat terik disana, Kami melanjutkan perjalanan kami. Targetnya kali ini adalah sabana 1 sebelum matahari tenggelam. Kami tidak mampir ke Puncak Triangulasi yang kelihatanannya tak jauh beda dengan kentheng songo. Turun via Jalur Selo Kami turun lewat jalur Selo yang mana jalurnya sangat sangat curam. Kemiringan mencapai 80° bahkan lebih beralaskan tanah Vulkanik khas Gegunungan, disarankan jangan menggunakan Sendal jenis apapun, karena memang sendal bukanlah SOP yang tepat 🙂 Oh iya, jika Anda kelelahan, usahakan jangan berlari dijalur ini, karena dapat membahayakan pendaki lain 🙂 Setelah 3 kali turunan dengan kemiringan tersebut, masing-masing sepanjang 100-150 Meter, barulah kita tiba di sabana 2. Kami memutuskan untuk bermalam disana. Karena dari atas, terlihat jika Sabana 1 sudah full dengan tenda-tenda pendaki lain yang ingin naik ataupun turun. Lagipula, Sabana 2 sangat luas, dan bagus, Mengurangi rindu saya kepada Surya Kencananya Gunung Gede 🙂 Angin Lembah Sabana bertiup dengan lembut, sesekali menembus pakaian yang kita gunakan. Suasana yang sangat jarang, bahkan tidak akan pernah Anda rasakan di penatnya Ibukota 🙂 Kami mendirikan tenda bertetanggaan. Baru kami yang mendirikan tenda di lapangan luas itu, sisanya mendirikan di sebrang kami di dekat pepohonan. Setelah tenda berdiri, seperti biasa, ritual yang kita lakukan adalah…. masak air. Gelap pun datang, kami semua bergabung kembali di dalam 1 tenda. Untuk mengusir rasa lelah, kami memainkan permainan kartu Blackjack. Bukan uang taruhannya, melainkan, setiap pemain yang kartunya kebakar’ mendapat kesempatan emas, yaitu berlari keliling tenda 😀 fyi diluar sangat dingin kala itu tapi untuk menghemat waktu, kami sepakat sanksi diberikan apabila sudah ada pemain yang 5 kali kebakar’ kartunya 😀 Dansa adalah penyetak rekor dengan 5 kali kebakar’, diikuti genta 4 kali, mufid dan saya 2 kali, dan jodi 1 kali, sedangkan mayor tidak pernah kebakar’ karena memang ia tidak ikut main p Kami berlimapun serentak menjalani hukuman yang kami buat sendiri… brrr kaki rasanya seperti ditusuk-tusuk paku-,- Kami sepakat menghentikan permainan, karena hukumannya tidak begitu menyenangkan… Diluar, Bintang bertaburan, rasanya sayang sekali untuk melewatinya. Saya mengajak jodi untuk menggelar tongkrongan di luar sebelah tenda, mempersenjatai diri dengan sb, kompor dan bahan makanan. Genta dan Dansa ikut bersama kami, sisanya tertidur pulas. Tidak banyak yang kami lakukan, hanya ngobrol santai, masak, makan, sambil menatap bintang yang aduhai indahnya 🙂 Menu yang menjadi juara malam itu adalah sebut saja kuah surga. Yaitu air mendidih yang diaduk bersama royco rasa ayam, itu saja. Waktu menunjukkan tengah malam, bahan makanan pun telah habis. Kami berempat memutuskan untuk tidur. Tentu saja tidak tidur diluar, kami semua membereskan tempat kami nongkrong tadi, dan kembali ke tenda masing-masing. Saya terbangun dini hari, cahaya senter para pendaki yang ingin mengejar sunrise terlihat dari kejauhan. Saya sebenarnya ingin melihat sunset dari bukit sebelah timur, tapi sepertinya masih terlalu pagi untuk saya keluar tenda, dan akhirnya saya tidur kembali. Dan sialnya, saya terbangun jam 6, dimana matahari sudah terlanjur tinggi 🙁 Saya keluar tenda, berjalan menuju bukit timur, mayor membuntuti saya dari belakang bersama mufid, yang lainnya masih tertidur, atau tidak berani keluar, entahlah. Sabana 2 Dari bukit itu, kembali Merbabu memamerkan keindahannya, saya disuguhi pemandangan awan ke kuningan, terlihat dari arah tenggara agak jauh mengintip gunung lawu yang seakan mengucapkan “selamat pagi” khusus untuk saya. Kami kembali ke tenda, disana sudah ada genta dan dansa yang sedang bingung ingin melakukan apa. Jodi masih terbungkus rapi dengan SB. Saya mengeluarkan seperangkat alat masak, seperti biasa, air hangat untuk membuat kopi. Genta mencoba memasak nasi dibantu dansa, sambil menunggu nasi matang, saya membuat pancake yang adonannya sudah dibuat oleh jodi semalam, untuk sekedar menemani kopi. Hari sudah semakin siang, perut pun sudah terisi. Tapi, jodi belum juga keluar dari kepompongnya’, padahal, mufid sudah panik bukan kepalang Mufid memberanikan diri untuk membangunkan jodi. Jodipun bangun, dan merapikan semuanya. Sedih rasanya kami harus meninggalkan sabana 2 tanpa tahu kapan bisa kesana lagi 🙁 tapi, dibawah sana, kehidupan yang sesungguhnya telah menanti. Kami berjalan meninggalkan Sabana 2. Kembali kami dipertemukan turunan yang sangat curam seperti saat kami menuju sabana 2. Diujung turunan adalah Sabana 1 yang memang sangat ramai sekali. Kami mempercepat tempo perjalanan, dengan harapan tidak terlalu sore sampai di basecamp Selo. Pos 3 dan pos 2 hanya kami singgahi sebentar saja. Barulah di pos bayangan kami semua istirahat lumayan lama, sekaligus opsih disekitar situ, karena sampahnya terlalu banyak 🙂 Sekitar pukul 3 petang, kami sampai di basecamp Selo. Disana sudah berjejer mobil carteran, dari APV hingga losbak. Kami tidak terburu-buru, memesan segelas kopi dan teh terlebih dahulu sepertinya akan nikmat 🙂 Saya kemudian bernegosiasi dengan salah satu losbak disana, harganya bisa dibilang mahal. 400 ribu untuk keberangkatan menuju Jogjakarta, satu mobil bisa menampung 15 orang. Kami berunding terlebih dahulu. Tidak lama, segerombolan orang yang untungnya kenal dengan salah satu rombongan kita tiba. Tetangganya Jodi itu membawa 8 orang, tapi tujuan mereka adalah boyolali. Mengingat hanya mufid yang akan pulang ke jakarta, kamipun setuju untuk gabung dengan mereka. Harga losbak ke boyolali hanya 250rb, lebih murah lagi 😀 Satu jam tiga puluh menit kami sudah tiba di terminal boyolali. Kebetulan bus yang akan ke Jakarta belum berangkat, dan akhirnya kami berpamitan dengan mufid dan 8 orang rombongan temannya Jodi. Jogjakarta Kami sisa ber 5, tujuan kami adalah Jogjakarta. Kata orang disana, kami harus menuju kutoarjo dahulu barulah kami menemukan bus yang menuju Jogja. Di kutoarjo kami menyempatkan untuk minum susu hangat yang katanya khas boyolali itu hehe tak lama bus EKA jurusan jogja datang, kamipun berangkat menuju jogja. Perjalanan menuju jogja memakan waktu 1,5 jam dengan ongkos 15ribu. Tiba di terminal Giwangan, kami tidak menemukan bus yang menuju parang tritis, mau tidak mau kami harus naik taksi. Uh, untung saja ada bang boro temannya jodi yang sedang menginap di rumahnya jodi. Sebelum dijemput, kami makan nasi goreng di pinggir perempatan giwangan, lumayan. Nama nasi goreng yang saya pesan adalah Magelangan, jadi magelangan itu adalah nasi goreng campur bihun dan lain-lainnya. Selesai makan, bang boro sudah menunggu diluar kedai, jodi pun ikut dengannya, mereka mengambil 1 motor lagi di rumah jodi. Dan begitu terus sampai kami semua terangkut ke rumahnya jodi. Dirumah jodi, kami semua mebersihkan diri, sekligus istirahat sebentar. Rencananya, malam itu kami semua ingin mengelilingi Jogjakarta. tapi sayang, sudah larut malam sehingga hanya Alun-alun Jogja yang masih buka 🙁 Paginya, saya dan Dansa yang sedang sibuk dengan tugas kampusnya berunding, dan kami memutuskan untuk mencari bus pulang pagi itu juga. Lalu kami membangunkan mayor dan genta untuk membantu mencari bus pulang. Di terminal giwangan, kami mendapatkan bus pulang Sumber Alam dengan harga Rp dengan keberangkatan jam 2 siang. Kebetulan kala itu masih jam 11 siang, jadi kami memutuskan untuk balas dendam karena semalam kami gagal mengelilingi Jogja. Lalu kami ke malioboro yang kala itu Ramai sekali karena baru saja diadakan Color Run disana. Kami mampir ke kedai Gudeg dipinggiran jalan Malioboro. Setelah itu kami menuju tempat Oseng-oseng mercon yang sudah saya rindukan sejak semalam. Ternyata tempat yang kami temukan itu sama seperti tempat yang waktu saya kesini dengan dimsum. Setelah puas berkuliner ria, waktu sudah menunjukkan jam setengah 2, kami bergegas menuju Terminal giwangan. Bus sudah menunggu, kamipun berpamitan dengan Genta. Lho kok cuma genta? Jodi masih ternyenyak di kasurnya. As Always-,- Sekitar jam 10 Malam, bus berhenti makan di daerah Bumiayu, yang membedakan Sumber Alam dengan Sinar Jaya adalah harga makanan di restoran Sumber alam lebih murah, hanya 18 Ribu kami sudah bisa menikmati 2 Lauk. Love you Sumber Alam. Jam 7 pagi, Kami tiba di Tol Bekasi yang kala itu macet parah, kami lupa kalau hari itu adalah senin pagi-,- Kami mencoba tidur kembali, berhasil, tapi cuma sebentar. Sekitar jam 11 siang akhirnya kami tiba di terminal lebak bulus, dari situ kami naik angkot Lebakbulus – Pamulang, disambung dengan angkot Pamulang-Muncul, Dansa turun di Villa dago, ya karena memang disitu rumahnya-,- Saya masih harus melanjutkan perjalanan menuju serpong, saya singgah sebentar dirumah mayor sekedar untuk mengisi perut, lagi lagi dengan kopi. Setelah meng-copypaste foto-foto selama perjalanan, Saya di antar mayor ke rumah saya. Dan itu lah akhir dari 5 hari yang menabjubkan. Terimakasih kepada Gunung Merbabu untuk keindahannya yang tanpa saya duga bisa seindah itu. Sekian catatan perjalanan gunung merbabu dari saya. Terimakasih juga kepada semua rombongan, Jodi, Genta, Dansa, Mayor, dan Mufid. Serta terimakasih juga untuk bang Boro 🙂 Mendaki gunung bukan tentang seberapa tinggi gunung yang kau daki, tapi ini tentang dengan siapa kau mendaki, dan untuk apa kau mendaki. Image Jalur Pendakian Gunung Merbabu – Hello Hiker tanah air , how are u? semoga dalam keadaan sehat kabeh yooo, bagi kalian yang demen naik gunung kali ini kita akan bahas Gunung Merbabu yang mana Gunung Merbabu masuk dalam Taman Nasional Indonesia daerah Jawa Tengah, berbicara merbabu tidak luput dengan indahnya sabana yang sudah terkenal sampai negeri sebrang 😀 , Gunung merbabu menjadi gunung favorit bagi para pendaki yang mana gunung ini menjadi top one di area Jateng, setuju? setuju saja ngikut kita, ketinggian gunung merbabu adalah Mdpl . Gunung Merbabu masuk administrasi Boyolali, Magelang, Salatiga dan Kota Semarang dimana jika kamu ingin melakukan pendakian Gunung Merbabu ada 5 Jalur pendakian yang bisa kamu pilih sesuaikan dengan hasrat hati kamu yang nyaman lewat mana. Jalur Pendakian Gunung Merbabu Jalur Pendakian Via Selo Jalur Pendakian Via Wekas Jalur Pendakian Via Suwanting Jalur Pendakian Via Chuntel Jalur Pendakian Via Tekelan Untuk lebih jelasnya perihal dari 5 jalur pendakian gunung merbabu diatas kita akan memberikan penjelasan sedikit saja jangan banyak-banyak biar makin penasaran kamu wahai para pendaki 😀 , pertama kita akan bahas jalur yang paling di gemari oleh para pendaki yaitu pendakian gunung merbabu via Selo. Jalur Pendakian Gunung Merbabu Via Selo Boyolali Untuk kamu yang ingin melakukan pendakian via Selo bisa mlipir dulu ke Gunung Merapi karena satu kawasan habis dari merapi bisa lanjut ke gunung merbabu, bascame untuk pendakian merbabu via selo bisa ke Pak Bari atau Pak Parman tinggal pilih sedangkan untuk tiket pendakian dikenakan biaya sebesar 15k/user dan parkir motor jika kamu bawa motor harus bayar 3k, bila kamu pakai Mobil bayar 10k. Pendakian gunung merbabu vis selo memakan waktu kurang lebig 8 -10 jam tracking tergantung kondisi fisik dan ilmu para pendaki , dimana estimasi waktu dari bascame sampai pos berikut bisa dilihat dibawah ini No Merbabu Selo Waktu Pendakian Gunung Merbabu 1 Basecamp – Pos 1 150 menit 2 Pos 1 – Pos II – Sabana 180 menit 3 Sabana – Pos III 60menit 4 Pos II -Sabana 30 menit 5 Sabana – Puncak Keteng Songo 60 menit 6 Keteng Songo -Puncak Syarif 30 Menit Jalur Pendakian Gunung Merbabu Via Wekas Magelang Untuk para pendaki yang ingin merasakn pendakian gunung merbabu via wekas bisa mengarahkan kendaraan kamu ke Magelan kemudian ke daerah Wekas tentunya dan untuk tiket sama seperti via selo dimana retribusi sebesar 15k, parkir motor 3k dan mobil 10k, berikut estimasi pendakian gunung merbabu via wekas No Merbabu Wekas Waktu Pendakian Gunung Merbabu 1 Basecamp – Pos II 210 menit 2 Pos II – Persimpang 240 menit 3 Persimpangan -Puncak Syarif 35menit Jalur Pendakian Gunung Merbabu Via Suwanting Magelang Untuk para pendaki yang ingin merasakn pendakian gunung merbabu via Suwantig bisa mengarahkan kendaraan kamu ke Magelang kemudian ke daerah Sawangan, Desa Bayuroto, untuk retribusi via suwanting sebesar 5k, perkir motor 5k, mobil 20k, berikut estimasi waktu lama pendakian gunung merbabu via suwanting No Merbabu Suwanting Waktu Pendakian Gunung Merbabu 1 Basecamp – Pos 1 30 menit 2 Pos 1 – Pos II 90 menit 3 Pos II- Pos III 120menit 4 Pos III – Keteng Songo 90 menit 5 Keteng Songo – Puncak Syarif 30 menit Jalur Pendakian Gunung Merbabu Via Chuntel Magelang Jalur chuntel tidak begitu dimintai pendaki, namun bagi kamu yang ingin mencoba jalur ini berikut estimasi waktu pendakian gunung merbabu vi chuntel No Merbabu Chuntel Waktu Pendakian Gunung Merbabu 1 Basecamp – Pos 1 60 menit 2 Pos 1 – Pos II 60 menit 3 Pos II- Pos III 45menit 4 Pos III – Pos IV 60 menit 5 Pos IV – Pemancar 90 menit 6 Pemancar – Puncak Syarif 90 menit Jalur Pendakian Gunung Merbabu Via Tekelan Salatiga Jalur tekelan adalah jalur yang mungkin tidak jauh berbeda dengan chuntel karena nanti juga ketemu di pemancar namun untuk awal pendakian saja berbeda, tiket retribusi sebesar 10k, parkir motor 5k, mobil 15k ngopi 3k, makan 10k -30k tergantung perutmuD , bila kamu tertarik untuk mendaki gunung merbabu via tekelan atau Kopeng berikut estimasi tracking via Tekelan No Merbabu Tekelan Waktu Pendakian Gunung Merbabu 1 Pos Pending – Pos I 60 menit 2 Pos 1 – Pos II 60 menit 3 Pos II- Pos III 55menit 4 Pos III – Pos IV 60 menit 5 Pos IV Pemancar – Pos V 60 menit 6 Pos V Helipad – Puncak Syarif 60 menit Demikian informsi lengkap jalur pendakian gunung merbabu yang bisa kita informasi, jika kurang diharapa maklum jika ada koreksi monggo tinggalkan komentar di bawah ngeh. Selamat mendaki gunung merbabu Dari sekian banyak gunung di Jawa, Gunung Merbabu jadi favorit saya sejauh ini. Saya sendiri lahir di Semarang, kota yang dikelilingi banyak gunung keren seperti Merapi, Andong, Telomoyo, dan Sindoro. Namun entah mengapa, Merbabu selalu terasa istimewa, rasanya ingin terus kembali. Nah, kali ini saya akan menceritakan pengalaman mendaki Gunung Merbabu via Wekas. Bersama rekan-rekan, ada banyak keseruan yang saya dapatkan sepanjang perjalanan, sebelum kami akhirnya sampai di tujuan. Seperti apa? Yuk, simak bersama. Pendakian Lewat Jalur Favorit Mendaki via Wekas c Maulana Adieb/TravelingyukBersama enam rekan, siang itu saya memulai perjalanan mendaki Merbabu via Wekas. Sebenarnya ada beberapa jalur yang bisa digunakan oleh pendaki, selain Wekas masih ada Cunthel, Thekelan, Gancik, Selo, dan Suwanting. Selo merupakan jalur paling populer, namun kala itu saya lebih memilih Wekas, yang secara pribadi merupakan jalur favorit saya. Kami menuju basecamp Wekas menggunakan sepeda motor. Tepat pukul kami meluncur dari Semarang dan sampai di tujuan sekitar pukul 1230. Usai beristirahat sejenak dan melakukan packing, sekitar pukul kami memulai pendakian. Senja Indah di Pegunungan Senja di tengah perjalanan c Maulana Adieb/TravelingyukTrack dari basecamp ke pos 1 belum terlalu terjal. Kami disuguhkan indahnya panorama sawah milik warga. Dari kejauhan nampak deretan tumbuhan seperti kol, seledri, selada, dan masih banyak lagi. Berjalan di sekitar sini rasanya sangat menyenangkan. Namun demikian, jalur aspal yang cukup terjal membuat nafasku terengah-engah. Di awal-awal pendakian masih terasa sangat adem karena lingkungan sekitar dikelilingi pepohonan. Selang satu jam, kami lantas sampai di Pos 1. Di sini terdapat shelter yang bisa digunakan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan pendakian. Perjalanan menuju Pos 2 c Maulana Adieb/TravelingyukPukul 1530, kami bersiap melanjutkan pendakian. Kali ini jalurnya sudah hanya berupa permukaan tanah biasa dan sudah makin terjal. Kami sedikit bergegas karena di Pos 2 rencananya kami bakal mendirikan tenda. Tempatnya sangat ideal karena terdapat mata air di sekitarnya. Kala itu permukaan tanah sedikit berpasir sehingga debu bertebaran setelah diinjak. Kebetulan memang kami melakukan pendakian saat musim kemarau. Cuaca kala itu sangat cerah, sepanjang perjalanan menuju Pos 2 angin tak terlalu kencang. Perlahan, pemandangan indah senja khas pegunungan nampak di depan mata. Pemandangan indah di sekitar Merbabu c Maulana Adieb/TravelingyukSekitar pukul kami sampai di Pos 2. Kakiku sudah mulai pegal. Perjalanan memang memakan waktu cukup lama karena kami sering berhenti untuk istirahat. Namun lantaran hari mulai gelap, kami bergegas mendirikan tenda dan memasak untuk mengisi perut. Sekitar pukul kami bersiap tidur. Tenaga harus dipulihkan karena rencananya pendakian bakal dilanjutkan kembali pukul Indahnya Mentari Pagi Mentari pagi di sekitar Merbabu c Adieb Maulana/TravelingyukSetelah memejamkan mata, tak terasa jam telah menunjukkan pukul Kami langsung bersiap melanjutkan perjalanan ke Pos 3. Jalurnya masih tertutup, namun tampak bukit di sisi samping. Cukup menguras tenaga lantaran permukaan tanah sudah lumayan terjal. Apalagi cuaca kala itu cukup dingin. Langkah demi langkah kami lalui hingga akhirnya sampai di sebuah tempat terbuka. Dengan jelas kami bisa melihat indahnya sabana hijau, gunung Sindoro, Sumbing, dan panorama lain di sekitar Merbabu. Cantiknya mentari fajar melengkapi pemandangan kala itu. Perjalanan Pulang Indahnya panorama dari ketinggian c Maulana Adieb/TravelingyukUsai puas menikmati pemandangan sekitar, saya dan kawan-kawan memutuskan turun ke Pos 2 dan bersiap-siap packing. Kami tak meneruskan perjalanan hingga puncak lantaran badan sudah mulai lemas. Meski demikian, petualangan kami kala itu cukup menyenangkan. Gazebo untuk beristirahat c Maulana Adieb/TravelingyukVegetasi di sekitar Merbabu c Maulana Adieb/TravelingyukPukul kami sudah turun. Tanpa buang waktu, kami lantas memasak makan siang dan mulai melakukan packing. Setelah kembali ke basecamp, kami lantas langsung pulang ke Semarang. Itulah sedikit pengalaman saya mendaki Gunung Merbabu via Wekas. Benar-benar sebuah perjalanan yang menyenangkan. Bagi saya, wisata Semarang ini selalu meninggalkan kenangan yang amat dalam. Bagaimana, Teman Traveler tertarik mengikuti jejak saya? Advertisement Tags kontributor semarang Travelingyuk wisata semarang Taman Nasional Gunung Merbabu June 15, 2023 Mendaki Seru di Merbabu, Edisi “KOSIK Konservasi AsikMulai 1 Desember 2022 Booking Online Pendakian Rilis V2Sinergitas Program Kegiatan Bina Cinta Alam Balai Taman Nasional Gunung Merbabu dan SMP Negeri 4 BoyolaliPerkuat Keterampilan Kelompok Masyarakat Desa Penyangga, BTNMb Berikan PelatihanPastikan Calon Pendaki Mengisi Data Booking Online dengan Benar6 Kelompok Masyarakat Desa Penyangga Kawasan TNGMb Terima Bantuan Fasilitasi Usaha Ekonomi Produktif5 Kelompok Binaan Balai TN Gunung Merbabu Terima Bantuan Kemitraan KonservasiPengumuman Uji Coba Kegiatan Wisata TN Gunung Merbabu Wilayah Pembukaan Jalur Pendakian ThekelanMenanamkan Cinta Merbabu Sejak Dini SEJARAH KAWASAN PENETAPAN KAWASAN ZONASI SIMAKSI TATA TERTIB PENDAKIAN HomeKONDISI UMUM AKSESIBILITAS KAWASAN KONDISI FISIK KAWASAN IKLIM GEOLOGI & TANAH TOPOGRAFI POTENSI KAWASAN EKOSISTEM POTENSI FLORA POTENSI FAUNA WISATA ALAM GRENJENGAN KEMBAR GRENDEN KOPENG TREETOP KALIPASANG TOP SELFIE UMBUL SONGO PENDAKIAN JALUR SELO JALUR CUNTEL JALUR SUWANTING JALUR THEKELAN JALUR WEKAS PUBLIKASI PENELITIAN Laporan Kinerja & Statistik

jalur pendakian merbabu via wekas